RIMAUNEWS, PALEMBANG I Mengakhiri perdagangan Februari 2020, sejak awal tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun sebanyak minus 13,44% atau 5.452,704. Penurunan ini juga dialami oleh seluruh bursa utama
dunia (memiliki kapitalisasi pasar lebih dari atau sama dengan 100 miliar USD), termasuk bursa-bursa di ASEAN.
Adapun penurunan tertinggi dialami Thailand dan diikuti Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan
Singapura dengan penurunan masing-masing sebesar -15.03%, -13.44%, -13.15%, -8.2%, -6.68%, dan -6.57%.
Virus Corona yang melanda sejak Februari lalu, diakui banyak memberikan imbas terhadap perekonomian, termasuk transaksi perdagangan di pasar modal. Meski demikian, ternyata investor memberi respon positif karena menunggu laporan keuangan.
Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Sumsel, Hari Ms mengatakan dampak dari kekhawatiran melanda dunia virus Corona, ya ada pengaruhnya terhadap transaksi di Bursa Efek Indonesia.
Imbasnya, sambung dia, investor sedang melakukan penghitungan atau memantau potensi ekonomi yang terdampak dari virus Corona ini.
Ia menambahkan, kita bisa melihat beberapa negara, dimana warga negara tertentu (terdampak virus corona,red) dilarang masuk ke negara dia. Atas larangan tersebut, kata dia, itu ada dampak ekonominya.
“Pelarangan masuk ke negara itu maka akan mengurangi potensi konsumsi, dari yang datang itu akan mengurangi potensi penjualan dan pendapatan ekonomi (pelaku usaha,red) setempat,”jelas Hari.
Karena itu, pasar di bursa efek Indonesia meresponnya dengan terjadi kontraksi pergerakan indeks harga saham gabungan. “Lagi dihitung dan diukur, seberapa besar dampaknya ke Indonesia,”ungkapnya.
Investor juga sedang melihat kesigapan pemerintah dalam mengatasi virus Corona. “Apakah pemerintah melalui rumah sakit siap? Sejauh ini siap, dan menteri (kesehatan,red) dengan gamblang (jelas,red) menjelaskan langkah antisipasinya,”ulas dia
Di negara asal virusnya, Wuhan, Cina, kata Hari, di Cina negara pertama (tersebar virus Corona,red), di bursa Sanghai dan Senzhen menunjukan ada pertumbuhan indeksnya,”ungkap Hari.
Kondisi ini, sambung Hari, masyarakat di Cina mulai nyaman (membaik,red) karena ternyata relatif (kondisi penanganan,red) terkontrol. Dan, sebenarnya, akui dia, kondisi indeks di Cina juga direspon Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.
“Pagi ini (Rabu,red), Indeks Harga Saham Gabungan mengalami kenaikan dan sebenarnya investor itu nyaman (kondisi perdagangan IHSG,red),”jelas dia. Apalagi, tolak ukur positifnya perdagangan di bursa juga mengukur sentimen positif yang sedang ditunggu.
Menurut Hari, laporan keuangan full years 2019 dan laporan keuangan kuartal pertama di 2020, ini menjadi tungguan investor di bursa, dan dua hal itulah yang memicu transaksi di bursa saat ini.
Secara nilai transkasi, akui Hari, ada penurunan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. “Di Februari lalu, nilai transkasi kita Rp660 miliar memang lebih rendah dibandingkan Februari 2019 diangka Rp1,2 triliun.”
Memang isu investor asing keluar dari bursa sempat mengganggu tapi secara umum tak terlalu berpengaruh. “Apakah investor asing keluar? Tidak. Asing masih banyak menguasai saham-saham yang bagus di bursa ada sekitar Rp2.000an triliun,”kata dia.
Angka tersebut, jauh dibawah angka transkasi asing yang keluar dari Bursa Efek Indonesia. “Kalau investor asing keluar Rp1 triliun atau Rp2 triliun itu wajar, hanya ambil untung. Dibandingkan total investor asing di bursa,”ujar dia.( Don)