RIMAUNEWS, Musi Rawas – Ratusan jemaah memadati Masjid Jami’ Desa Tambangan Kecamatan BTS ULU Cecar untuk melaksanakan Sholat Idul Adha 17 Juni 2024 M/10 Dzulhijjah 1445 H.
Selaku imam sholat Idul adha Karni dan khatib Halimin, hadir pada sholat idul adha Kepala Desa Tambangan bersama tokoh masyarakat dan perangkat desa.
Sebelum sholat Idul adha pengurus masjid Jami’ mengingatkan kepada seluruh jemaah bagi unat muslim yang hendak menunaikan sholat Idul adha bacaan niat yang dilafalkan:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَـــالَى
Ushallî sunnatan li ‘îdil adlhâ rak’taini lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku berniat sholat Idul Adha dua rakaat karena Allah Taala.”
Terus untuk pembacaan takbir sendiri
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.” terang karni selaku imam sholat
Ada yang unik di masjid Jami’ Desa tambangan setiap tahunya dan ini sudah tradisi di desa tersebut, pengurus masjid membacakan showat nabi dan petugas masjid keliling satu persatu kepada jemaah sholat untuk memberikan waqaf masjid sambil dibacakan sholawat nabi.
Usai melaksanakan sholat Ied,khatib langsung naik mimbar untuk meyampaikan khutbahnya
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah, hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil.
Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37.
Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Nabi Ismail as. Seorang anak yang ia idam-idamkan. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa:
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih”
Allah swt lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar (ghulâm halîm). Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, “Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?” Anak yang saleh itu menjawab, “Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insyaallah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar,” tutupnya. (mil)