RIMAUNEWS.CO.ID, Palembang – Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan (Karantina Sumsel) berkolaborasi dengan PT. Angkasa Pura II menyelenggarakan Workshop Penguatan Perkarantinaan pada 15–17 Juli 2025 di Ruang Pertemuan AVSEC SMB II Palembang.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyambut pembukaan kembali Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) sebagai bandara internasional.
Kepala Karantina Sumsel, drh. Sri Endah Ekandari, MSi, menyampaikan bahwa sinergi ini adalah langkah konkret mendukung amanat UU No. 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Hal senada disampaikan General Manager PT. Angkasa Pura II SMB II, R. Iwan Winaya Mahdar, menyampaikan bahwa kolaborasi ini penting untuk menjamin keamanan hayati dan mendukung kelancaran arus penumpang dan barang di terminal internasional.
Sebagai informasi, Bandara Internasional SMB II akan membuka rute perdana ke Kuala Lumpur pada 18 Juli 2025. Dengan dibukanya rute ini, artinya lalu lintas hewan, ikan, dan tumbuhan beserta produk turunannya juga dapat dilakukan langsung dari Palembang. Untuk menghadapi hal tersebut, tentunya petugas harus siap dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kegiatan ini melibatkan 30 pejabat karantina, 117 petugas Aviation Security (AVSEC), serta 20 tamu undangan dari instansi CIQ (Customs, Immigration, Quarantine), instansi terkait lainnya, maskapai, dan media.
Melalui kegiatan ini, diharapkan Pejabat Karantina dan Petugas AVSEC dapat membangun pemahaman dan koordinasi terkait identifikasi dan penanganan media pembawa HPHK, HPIK, dan OPTK yang wajib diperiksa atau dilarang, baik melalui barang bawaan penumpang, x-ray, maupun kargo, serta memperkuat kolaborasi dalam mencegah penyebaran hama penyakit dan penyelundupan secara lebih cepat dan efektif.
Materi workshop seperti jenis-jenis media pembawa atau komoditas baik yang wajib periksa atau pun yang dilarang lalu lintasnya, serta strategi pengawasan di bandara dberikan untuk memberikan gambaran ruang lingkup perkarantinaan kepada peserta. Materi dilanjutkan dengan diskusi studi kasus dan praktik deteksi melalui mesin X-ray di Pos Laud SMB II.
Simulasi lapangan juga dilakukan dengan membagi peserta dalam bebera-a kelompok berbeda dan dilksanakan selama tiga hari. Petugas AVSEC diperkenalkan langsung pada berbagai jenis komoditas karantina, termasuk benih lobster, sarang burung walet, serta media pembawa lainnya, yang sering tidak terdeteksi secara visual dan memerlukan perhatian ekstra dalam pengawasan X-ray.
“Dengan adanya pemahaman yang seragam, maka respons terhadap komoditas berisiko bisa ditindaklanjuti cepat dan tepat,” tambah Sri Endah.
Peserta workshop juga dibekali pemahaman tentang regulasi perkarantinaan proses tindak lanjut terhadap pelanggaran, pentingnya pencatatan hasil deteksi, serta alur koordinasi antarinstansi dalam mencegah penyelundupan maupun penyebaran penyakit dari luar negeri.
Melalui workshop ini, Karantina Sumatera Selatan menegaskan komitmennya sebagai garda depan perlindungan biosekuriti nasional, serta mitra strategis dalam mendukung layanan transportasi udara yang aman, bersih, dan berkelanjutan.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari langkah strategis Karantina Sumsel dalam memperkuat prosedur kerja CIQ dalam mendeteksi dan menangani temuan pelanggaran perkarantinaan, termasuk pengawasan lintas batas, terutama di tengah meningkatnya frekuensi penerbangan internasional dari Palembang,” tegas Sri Endah. (*)